Apa itu Tasbih Dewandaru? Tasbih Dewandaru adalah tasbih bertuah yang terbuat dari Kayu Dewandaru. Khasiat atau keberkahan utamanya antara lain sebagai sarana penyempurna ilmu kanuragan, pembangkit daya pengasihan, pembangkit kharisma dan kewibawaan serta penangkal gangguan gaib.
Nama Kayu Dewandaru yang terkenal beraroma khas ini dapat diartikan sebagai ‘pembawa wahyu dewa’ dalam Bahasa Jawa. Dalam berbagai kisah pewayangan, baik yang berbahasa Jawa kuno maupun Sansekerta, Kayu Dewandaru banyak disebut dan diceritakan beserta khasiat-khasiatnya. Pohon Dewandaru sendiri termasuk ke dalam jenis tanaman perdu yang hidup menahun dengan tinggi batang mencapai lima meter. BatangDewandaru cenderung tegak, berkayu dan berbentuk bulat dengan kulit berwarna coklat.
Kayu Dewandaru banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuat aksesoris seperti tasbih, gelang, kalung dan batu cincin (akik) karena tuah supranaturalnya. Tuah atau manfaat Kayu Dewandaru yang merupakan pasangan Kayu Stigi tersebut antara lain:
Tuah keselamatan, terutama untuk melindungi diri dari segala bahaya dalam kondisi terdesak atau bencana dan kecelakaanMeningkatkan kepercayaan diriMeningkatkan kharisma dan kewibawaanMeningkatkan nyali atau keberanian tingkat tinggiMelancarkan rezeki, sehingga lebih berlimpah, berkah dan barokahMenangkal energi negatifMenetralkan racunMeningkatkan kekebalan dan daya tahan tubuh, baik terhadap penyakit maupun serangan fisikSedangkan bila ditilik dari sisi ilmiah, Dewandarumengandung protein, karbohidrat, vitamin C, tanin, atsiri, saponin dan flavonoid yang terbukti berkhasiat mengurangi tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol, mempertahankan keseimbangan metabolisme dan berperan sebagai antioksidan.
Kayu Dewandaru tidak tumbuh di sembarang tempat. Dalam jumlah yang terbatas, pohon kayu bertuah ini dapat ditemukan di daerah kepulauan Karimun Jawa, Jepara, Jawa Tengah. Sifat Kayu Dewandaru mewakili karakter Pandawa Lima, antara lain Yudhistira yang luhur dan jujur, Bima yang berwatak keras, Janaka yang kharismatik dan penuh pesona, serta Nakula dan Sadewa yang dua-duanya cerdas serta rendah hati.
Di beberapa daerah, Dewandaru disebut juga sebagai asem selong, belimbing londo, ceremai londo, atau ceremai asam. Sedangkan dalam Bahasa Inggris, pohon bertuah dan berkekuatan magis ini dikenal sebagai Surinam Cherry, Brazillian Cherry atau Cayenne Cherry.
Dalam ulasan yang lain diterangkan bahwa
Pohon Dewandaru Kayu Pembawa Wahyu Dewa
Pohon dewandaru dalam terminologi jawa dapat diartikan sebagai kayu ‘Pembawa Wahyu Dewa’. Kata dewandaru banyak dijumpai dalam kisah pewayangan maupun dalam khasanah bahasa Jawa Kuno maupun sansakerta. Karenanya tidak mengherankan jika kemudian pohon bernama dewandaru ini kemudian sarat dengan mitos.
Pohon dewandaru dikenal juga sebagai asem selong, belimbing londo, ceremai londo, atau cereme asam. Dalam bahasa Inggris pohon yang dipercaya mempunyai kekuatan magis ini disebut dengan Surinam Cherry, Brazilian Cherry, atau Cayenne Cherry. Sedangkannama ilmiah tumbuhan ini adalah Eugenia uniflora L., yang mempunyai beberapa sinonim diantaranyaEugenia michelii Lam., Eugenia oblongifolia, Eugenia zeylanica Willd.
Diskripsi Pohon Dewandaru. Dewandaru (Eugenia uniflora) merupakan tumbuhan perdu dengan tinggi mencapai 5 meter dan hidup menahun. Batang pohon dewandaru tegak, berkayu, berbentuk bulat dengan kulit kayu berwarna coklat.

Buah dan daun dewandaru (Eugenia uniflora). Dari bentuk buahnya inilah pohon ini kerap disebut belimbing londo.
Daun dewandaru merupakan daun tunggal, berwarna hijau berbentuk lonjong dengan ujung dan pangkal yang meruncing. Daun berukuran sekitar 5 sentimeter dengan tepi daun yang rata dan pertulangan menyirip.Bunga tunggal dengan daun pelindung kecil berwarna hijau, mahkota bunga berwarna kuning sedangkan benang sari dan putik berwarna putih. Buahnya buni (bulat) dengan diameter sekitar 1,5 cm, berwarna merah. Bijinya kecil, keras, berwarna coklat.
Tumbuhan dewandaru tersebar di daerah Amerika Selatan seperti Suriname, Brazil, Argentina, Urugay, dan Paraguay. Di Indonesia, tumbuhan ini dapat ditemukan di beberapa tempat di pulau Jawa, Sumatera, dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Salah satu daerah yang dikenal sebagai habitat dewandaru adalah kepulauan Karimunjawa. Di tempat terakhir, kayu dewandaru sangat kental nuansa magisnya. Sejarah persebaran pohon dewandaru (Eugenia uniflora) hingga ke Indonesia belum diketahui secara pasti. Kecuali berbagai mitos turun temurun yang berkembang di masyarakat.
Mitos, Khasiat, dan Pemanfaatan. Terutama pada masyarakat jawa, keberadaan pohon dewandaru sarat dengan mitos. Mulai dari mitos soal asal-usulnya hingga berbagai khasiat magis sebagai kayu sakti dan bertuah. Karenanya, kayu dewandaru kerap kali dimanfaatkan untuk membuat aksesoris semisal tasbih, gelang, akik (batu cincin), dan kalung. Beberapa mitos terkait pohon dan kayu dewandaru diantaranya adalah:

Kayu (batang) dewandaru (Eugenia uniflora) yang kerap dipercaya sebagai kayu sakti dan bertuah.
Pohon dewandaru di tanam oleh Sunan Nyamplungan, putra Sunan Muria, setelah mendapatkannya dari Cina.
Seorang bernama dewandaru yang menjadi rebutan antara Kurawa dan Pandawa lantaran dipercaya menjadi kunci untuk menguasai dunia. Agar tidak dapat diperebutkan, orang ini berubah menjadi pohon.
Aroma kayu dewandaru sebagai sarana pencapaian kesempurnaan dalam ilmu kanuragan.
Dipercaya memiliki khasiat sebagai pengasihan, menambah kharisma, dan pengusir gangguan gaib.
pengguna kayu-kayu tersebut.
Dewadaru
Kayu ini dipercaya penduduk setempat dan para pendatang berfungsi sebagai:
- Bisa mengusir atau membersihkan tempat-tempat yang diyakini ditempati jin-jin jahat
- Bisa menyembuhkan segala macam penyakit dengan cara dimasukkan ke dalam air putih dan diminum dengan mengucapkan basmalah dan sholawat
- Bisa menjadi senjata untuk mengalahkan musuh.
Namun, jangan membawa kayu ini jika punya niat yang tidak baik, karena biasanya di dalam perjalanan akan ada gangguan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar